
Banyuwangi -Sebanyak 150 anak muda peminat usaha dan pencinta kopi Banyuwangi mengikuti pembinaan pemrosesan kopi. Pelatihan ini digelar dalam rangkaian Coffee Processing Festival.
"Saat ini kopi lagi jadi tren. Sampai-sampai ada banyak lontaran yang viral soal kopi, menyerupai ayo ngopi semoga enggak salah paham, dipikir sambil ngopi, besar lengan berkuasa dilakoni jikalau enggak besar lengan berkuasa ditinggal ngopi. Itu memberikan tumbuhnya kebiasaan minum kopi di masyarakat. Ada peluang besar menumbuhkan wirausahawan kopi sekaligus memberdayakan petani," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas kepada detikcom, Rabu (17/10/2018).
Dari catatan Anas, produksi kopi Banyuwangi dikala ini juga telah berkisar 9.000 ton pertahun dengan luasan lahan hampir 8.500 hektar yang tersebar di Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Glagah, Licin, Songgon, Glenmore, Kalibaru, hingga Pesanggaran.
"Penjualan kopi, baik di warung kopi, kafe, maupun online, terus meningkat," tambahnya.
Anas mengatakan, pembinaan ini digelar untuk meningkatkan daya saing dan kualitas produk kopi Banyuwangi. "Kami ingin ada transfer knowledge dari andal kopi kepada penggiat kopi sehingga mereka mampu naik kelas," tandasnya.
"Ke depan kopi-kopi rakyat ini tidak hanya dijual kopinya, tapi mampu dijual dengan brand yang memiliki bernilai hemat tinggi. Sehingga wisatawan yang ke Banyuwangi mampu menikmati kopi rakyat rasa bintang lima," lanjutnya.
![]() |
Pelatihan tersebut disambut antusias para peserta yang terdiri atas pekebun kopi, pegiat kopi, dan industri kecil menengah (IKM) kopi. Mereka mempelajari aneka macam teknik pengolahan pascapanen dari pakar dan praktisi kopi, mulai dari pengenalan dan identifikasi kopi, perambangan, sortasi, pulper, pengeringan honey process, hingga teknik brewing dan latte art.
Salah seorang pemateri, Yusianto, peneliti pascapanen kopi dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia menekankan pentingnya proses pengolahan kopi yang baik, mulai dari pemilihan biji yang berkualitas hingga pengolahannya.
Yusianto juga berpesan kepada warga yang berniat bisnis kopi untuk memperhatikan pangsa pasar secara spesifik. "Jangan konsumen dipaksa mirip penikmat kopi sejati, lalu hanya menyediakan kopi hitam. Kedainya bakal susah berkembang," tandasnya.
Para peserta juga mampu ilmu menyangrai (roasting) kopi dari roaster kopi Emir Yusuf, juara Festival Kopi Nusantara.
"Dibanding menyangrai manual, hasil roasting lebih mampu dikontrol dan mampu efisien. Kalau manual dengan api, satu kilogram mampu memakan waktu 30 menit, dengan mesin ini 18 menit," ujarnya.
![]() |
Para peserta pun merasa puas dengan materi yang diberikan. Suhartini, pekebun kopi asal Kecamatan Kalibaru, senang alasannya mendapatkan teknik dasar mengolah kopi.
"Ternyata banyak yang harus saya perbaiki dalam usaha kopi. Seperti petik kopi yang selama ini asal petik saja sehingga kesannya tidak maksimal. Begitu juga cara menyangrai, ternyata ada teknik khusus," tutur Suhartini yang juga memiliki kedai kopi.
Pelatihan ini juga membuka mata Suhartini untuk terus meningkatkan kualitas pemrosesan kopi semoga mampu menghasilkan imbas ekonomi yang lebih optimal.
"Saya sudah mampu pesanan dari Cina. Tapi kopi saya proses otodidak. Teknik yang saya pelajari dua hari ini pasti jadi bekal untuk meningkatkan produksi dan kualitas kopi. Saya lebih percaya diri menyambut pesanan selanjutnya," jelasnya.
Tak hanya pekebun atau pengusaha kopi, pembinaan ini juga menarik perhatian seorang ibu rumah tangga bernama Rohanna. Ia mengaku sudah satu tahun terakhir ingin membuka kedai kopi.
"Pelatihan ini memantapkan saya untuk segera berbisnis kopi. Apalagi di sini saya banyak berguru dari praktisi dan pekebun kopi. Besok saya ke Gombengsari, menjajaki kerja sama dengan pekebun sekaligus berguru sangrai manual," ujarnya.
Sumber detik.com