
Jakarta -
Sebagai perjaka yang kini telah berprofesi sebagai pengusaha, penulis, dan pengajar, Faldo Maldini sadar bahwa ia dan temannya, Selvin Andika bukanlah bergerak karena kesuksesan, melainkan kesadaran akan kiprah mereka untuk tanah kelahiran, Ranah Minang. Melalui Pulang Kampuang, Faldo dan Selvin mengembangkan komunitas yang bergerak dalam penyelenggaraan seminar inspirasi, portal inspirasi, dan crowdfunding.
Mereka mengajak semua orang Minang, baik di rantau maupun di kampung berpartisipasi dalam gerakan ini. Orang-orang Minang yang telah membuat karya diharapkan bisa turut dalam gerakan ini, dan sanggup memanfaatkan komunitas ini sebagai wadah berbagi. Selain itu, anak muda yang memiliki semangat dan kreativitas tinggi sangat ditunggu untuk bergabung bersama gerakan Pulang Kampuang.
Mereka mengajak semua orang Minang, baik di rantau maupun di kampung berpartisipasi dalam gerakan ini. Orang-orang Minang yang telah membuat karya diharapkan bisa turut dalam gerakan ini, dan sanggup memanfaatkan komunitas ini sebagai wadah berbagi. Selain itu, anak muda yang memiliki semangat dan kreativitas tinggi sangat ditunggu untuk bergabung bersama gerakan Pulang Kampuang.
Gerakan yang dirintis Faldo dan Selvin di atas merupakan satu bentuk sociopreneur yang menggabungkan kegiatan wirausaha dan aksi sosial. Bagaimana pengusaha yang berhasil dalam bisnisnya juga memberi kiprah sosial dalam memberdayakan masyarakat melalui kegiatan jangka pendek dan pembinaan berkelanjutan. Aksi sosial yang memfasilitasi generasi muda untuk mengembangkan potensi di bidang masing-masing, khususnya berwirausaha, berdampak positif untuk pemerataan kesejahteraan sosial di masyarakat.
Generasi Muda
Sociopreneur atau kewirausahaan sosial sudah mulai menjadi perhatian masyarakat Indonesia, terutama generasi muda. Meskipun tidak sesemarak gerakan enterpreneur atau kewirausahaan bisnis, fenomena ini layak untuk diapresiasi. Secara umum, sociopreneur sanggup diartikan sebagai pengusaha atau kegiatan usaha yang tujuannya tidak sekadar untuk menerima keuntungan finansial pribadi, namun lebih berorientasi untuk kemaslahatan masyarakat melalui kegiatan sosial.
Gerakan sociopreneur yang memiliki muatan sosial menjadi harapan atas pengembangan kewirausahaan yang cenderung berorientasi bisnis menuju kewirausahaan yang memiliki visi kesetiakawanan sosial untuk menguatkan kepedulian pada sesama manusia. Gerakan ini sanggup mengubah mindset masyarakat yang cenderung memandang wirausaha sekadar bertujuan bisnis untuk mengejar keuntungan.
Sociopreneur atau kewirausahaan sosial sudah mulai menjadi perhatian masyarakat Indonesia, terutama generasi muda. Meskipun tidak sesemarak gerakan enterpreneur atau kewirausahaan bisnis, fenomena ini layak untuk diapresiasi. Secara umum, sociopreneur sanggup diartikan sebagai pengusaha atau kegiatan usaha yang tujuannya tidak sekadar untuk menerima keuntungan finansial pribadi, namun lebih berorientasi untuk kemaslahatan masyarakat melalui kegiatan sosial.
Kunci di dalam kegiatan sociopreneur yaitu adanya kepekaan sosial dan semangat untuk membuatkan pada sesama manusia. Di dalam program sociopreneur terkandung nilai humanisme, ekonomi kreatif, dan religiusitas. Pengembangan usaha bisnis didasari semangat kesetiakawanan sosial untuk berarti bagi kemaslahatan umat insan yang terwujud karena adanya kecerdasan spiritual. Semakin baik keadaan ekonomi seseorang, semakin besar pula peluangnya untuk membantu orang lain yang membutuhkan.
Kegiatan sociopreneur ini bukanlah semata-mata program orang-orang renta yang mengisi waktu senjanya dengan bahagia memberi dan memperbanyak amal ibadah, namun juga layak dilakoni pemuda. Pemuda memiliki banyak keunggulan yang menjadi nilai plusnya. Secara kuantitas, jumlah penduduk Indonesia usia 16 sampai dengan 30 tahun tercatat 26% atau sekitar 67 juta jiwa. Secara kualitas, perjaka memilik energi dan semangat tinggi, kreativitas, penguasaan teknologi, dan sangat erat dengan media digital.
Mengacu pada teori generasi, generasi muda dikala ini sanggup dikelompokkan ke dalam Generasi Y (lahir 1981- 1994) dan juga Generasi Z (1995- 2010). Generasi Y sangat intens dengan penggunaan teknologi komunikasi instan mirip email, SMS, dan media umum mirip Facebook, Twitter, Whatsapp, Instagram, dan Google. Bahkan Generasi Z merupakan generasi internet yang sudah mengenal media umum sejak usia dini. Generasi Y dan Z ini sangat cocok untuk menjadi bintang film pengembangan kewirausahaan sosial.
Kegiatan sociopreneur ini bukanlah semata-mata program orang-orang renta yang mengisi waktu senjanya dengan bahagia memberi dan memperbanyak amal ibadah, namun juga layak dilakoni pemuda. Pemuda memiliki banyak keunggulan yang menjadi nilai plusnya. Secara kuantitas, jumlah penduduk Indonesia usia 16 sampai dengan 30 tahun tercatat 26% atau sekitar 67 juta jiwa. Secara kualitas, perjaka memilik energi dan semangat tinggi, kreativitas, penguasaan teknologi, dan sangat erat dengan media digital.
Mengacu pada teori generasi, generasi muda dikala ini sanggup dikelompokkan ke dalam Generasi Y (lahir 1981- 1994) dan juga Generasi Z (1995- 2010). Generasi Y sangat intens dengan penggunaan teknologi komunikasi instan mirip email, SMS, dan media umum mirip Facebook, Twitter, Whatsapp, Instagram, dan Google. Bahkan Generasi Z merupakan generasi internet yang sudah mengenal media umum sejak usia dini. Generasi Y dan Z ini sangat cocok untuk menjadi bintang film pengembangan kewirausahaan sosial.
Modal Sukses
Ada sedikitnya enam modal yang perlu dimiliki pelaku sociopreneur biar sukses. Pertama, kemampuan bekerja sama. Di dalam menjalin kerja sama, perlu sekali bersikap ramah, komunikatif, dan membuka diri dengan lingkungan sekitar. Generasi muda perlu menanamkan sikap yakin pada diri sendiri, namun juga percaya pada orang lain. Di dalam kerja sama, perlu sekali adanya rasa percaya satu sama lain antarpihak yang menjalin kekerabatan kerja sama biar tercapai tujuan yang diingankan. Riskan sekali bekerja sendiri dalam memecahkan sebuah masalah, kita butuh berkolaborasi dengan orang lain karena tidak selalu kita memiliki seluruh sumber daya yang dibutuhkan.
Kedua, kemampuan teknologi informasi. Generasi muda tumbuh di masa internet telah menjadi pecahan kehidupan sebagian besar masyarakat. Mereka cenderung tidak bisa lepas dari internet dan media sosial. Dari berdiri tidur sampai tidur lagi, generasi muda tidak lepas dari gadget. Media sosial menjadi kebutuhan terbesar dalam menjalin kekerabatan dengan dunia luar, mencari informasi baru, referensi belajar, membuatkan pengalaman, dan promosi diri.
Ada sedikitnya enam modal yang perlu dimiliki pelaku sociopreneur biar sukses. Pertama, kemampuan bekerja sama. Di dalam menjalin kerja sama, perlu sekali bersikap ramah, komunikatif, dan membuka diri dengan lingkungan sekitar. Generasi muda perlu menanamkan sikap yakin pada diri sendiri, namun juga percaya pada orang lain. Di dalam kerja sama, perlu sekali adanya rasa percaya satu sama lain antarpihak yang menjalin kekerabatan kerja sama biar tercapai tujuan yang diingankan. Riskan sekali bekerja sendiri dalam memecahkan sebuah masalah, kita butuh berkolaborasi dengan orang lain karena tidak selalu kita memiliki seluruh sumber daya yang dibutuhkan.
Kedua, kemampuan teknologi informasi. Generasi muda tumbuh di masa internet telah menjadi pecahan kehidupan sebagian besar masyarakat. Mereka cenderung tidak bisa lepas dari internet dan media sosial. Dari berdiri tidur sampai tidur lagi, generasi muda tidak lepas dari gadget. Media sosial menjadi kebutuhan terbesar dalam menjalin kekerabatan dengan dunia luar, mencari informasi baru, referensi belajar, membuatkan pengalaman, dan promosi diri.
Kemampuan dalam menggunakan gadget dan media umum merupakan modal istimewa generasi muda untuk mengembangkan gerakan sociopreneur. Akun-akun media umum yang dimiliki sanggup dijadikan media sosialisasi dan promosi yang efektif-efisien. Apalagi dengan kecenderungan warganet untuk memviralkan konten yang menarik minatnya. Klik-posting-share-repost. Jurus ini sangat ampuh untuk mencari pinjaman guna menyebarkan informasi wacana pentingnya kegiatan sociopreneur.
Ketiga, cerdik membaca peluang usaha. Sifat wirausaha yang jago membaca peluang bisnis sangat diperlukan. Intuisi dalam memilih langkah yang tepat dan memilih momen yang pas. Penggerak sociopreneur tahu apa yang tengah menjadi tren, mana yang akan bertahan lama di masyarakat, apa yang sanggup mendatangkan income, atau santunan mirip apa yang paling tepat sasaran.
Keempat, kepedulian sosial. Sociopreneur yang memiliki bisnis bukan hanya berorientasi pada jumlah profit yang tinggi tapi bagi dampak sosial di sekitar mereka. Masyarakat Indonesia dengan usia produktif yang cukup banyak sudah mulai menyadari bahwa dilema sosial dan ekonomi bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Tapi, sebagai generasi muda yang punya banyak ide untuk mewujudkan kehidupan sosial sekitar perlu ikut berkontribusi ambil bagian. Tanpa kepedulian sosial, wirausahawan akan menjadi orang serakah yang hanya memikirkan perut dan kesenangan pribadi.
Kelima, aktualisasi diri. Generasi muda sangat peduli terhadap aktualisasi diri dan prestasi yang mereka capai. Ketika mengalami kegagalan, generasi muda harus bisa berdiri dan menemukan hasrat gres untuk mengejar ketertinggalan. Kegiatan sociopreneur merupakan wujud dari aktualisasi diri sebagai pribadi yang memiliki empati terhadap orang lain dan lingkungan. Sebagian besar perjaka merasa hidupnya belum bermakna kalau belum pernah terjun dalam kegiatan sosial. Idealisme perjaka dengan segudang gagasan cerdas harus menyumbangkan solusi untuk merampungkan dilema bangsa.
Keenam, kemampuan manajemen. Apa pun bentuk usaha, tak akan sanggup berhasil sukses kalau tidak ada pengelolaan yang baik atas modal, sumber daya, dan proses aktivitas. Seorang pengusaha perlu mengatur penggunaan sumber daya secara tepat sehingga tidak terjadi kebocoran. Minyak abih samba tak lamak, kata orang Minang. Sia-sia saja kalau keliru memilih anggaran dana, persona yang terlibat dalam kerja, serta teknik-metoda yang digunakan. Manajemen ini mencakup tata kelola terhadap segala hal yang terlibat dalam program usaha.
Ketiga, cerdik membaca peluang usaha. Sifat wirausaha yang jago membaca peluang bisnis sangat diperlukan. Intuisi dalam memilih langkah yang tepat dan memilih momen yang pas. Penggerak sociopreneur tahu apa yang tengah menjadi tren, mana yang akan bertahan lama di masyarakat, apa yang sanggup mendatangkan income, atau santunan mirip apa yang paling tepat sasaran.
Keempat, kepedulian sosial. Sociopreneur yang memiliki bisnis bukan hanya berorientasi pada jumlah profit yang tinggi tapi bagi dampak sosial di sekitar mereka. Masyarakat Indonesia dengan usia produktif yang cukup banyak sudah mulai menyadari bahwa dilema sosial dan ekonomi bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Tapi, sebagai generasi muda yang punya banyak ide untuk mewujudkan kehidupan sosial sekitar perlu ikut berkontribusi ambil bagian. Tanpa kepedulian sosial, wirausahawan akan menjadi orang serakah yang hanya memikirkan perut dan kesenangan pribadi.
Kelima, aktualisasi diri. Generasi muda sangat peduli terhadap aktualisasi diri dan prestasi yang mereka capai. Ketika mengalami kegagalan, generasi muda harus bisa berdiri dan menemukan hasrat gres untuk mengejar ketertinggalan. Kegiatan sociopreneur merupakan wujud dari aktualisasi diri sebagai pribadi yang memiliki empati terhadap orang lain dan lingkungan. Sebagian besar perjaka merasa hidupnya belum bermakna kalau belum pernah terjun dalam kegiatan sosial. Idealisme perjaka dengan segudang gagasan cerdas harus menyumbangkan solusi untuk merampungkan dilema bangsa.
Keenam, kemampuan manajemen. Apa pun bentuk usaha, tak akan sanggup berhasil sukses kalau tidak ada pengelolaan yang baik atas modal, sumber daya, dan proses aktivitas. Seorang pengusaha perlu mengatur penggunaan sumber daya secara tepat sehingga tidak terjadi kebocoran. Minyak abih samba tak lamak, kata orang Minang. Sia-sia saja kalau keliru memilih anggaran dana, persona yang terlibat dalam kerja, serta teknik-metoda yang digunakan. Manajemen ini mencakup tata kelola terhadap segala hal yang terlibat dalam program usaha.
Sociopreneur yaitu potensi besar dalam merampungkan masalah-masalah sosial di masyarakat, mirip anak putus sekolah, kemiskinan, ketelantaran, kerusakan lingkungan, pengangguran, dan kesenjangan sosial. Gerakan ini layak untuk didukung bersama, terutama oleh generasi muda yang punya sumber daya kreatif sebagai penerus bangsa.
Muttaqin Kholis Ali pendiri UKM Pengembangan Karir dan Kewirausahaan UNP
Tulisan ini yaitu kiriman dari pembaca detik, isi dari tabrakan pena di luar tanggung jawab redaksi. Ingin membuat tabrakan pena kamu sendiri? Klik di sini sekarang!
Sumber detik.com